Puisi Ngruwat Bojonegoro, Resolusi Eyang Semar

Bojonegoro Jatim – Presiden Cafe Kopi dan Resto Joglo Ndelik Drg. Aris Mukti Halim, musisi sekaligus pemilik Joglo Ndelik yang beralamatkan di jalan. Dr. Suharso (Perumahan Utara Kuburan) turut desa Sukorejo, kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, berkolaborasi dengan Front Seni Jalanan (FSJ) Bojonegoro hari ini Kamis, 14 November 2024, mulai pukul 19:00 Wib sampai selesai mengadakan kegiatan membaca Puisi bergantian puisi do’a pengruwatan untuk Bumi Malowopati kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Tampak hadir sejumlah Budayawan, Seniman, Pelaku/Penikmat Seni Budaya
di Bojonegoro serta tamu undangan lainnya berjalan adem, ayem, tentrem gayeng, nyampleng penuh keharmonisan serta kebersamaan.

Tampak berbagai puisi do’a dibacakan oleh para tamu Budayawan, Seniman, Pelaku/Penikmat Seni Budaya
di Bojonegoro serta tamu undangan lainnya saling bergantian.

Diawali dengan bacaan basmalah oleh Drg. Aris Mukti Halim yang mana ia mengungkapkan rasa bangganya dapat menjadi tuan rumah untuk gelaran seni budaya yang mempertemukan berbagai tokoh seni budayawan di Bojonegoro.

Di penghujung sambutannya, Drg. Aris mengajak para hadirin untuk memanjatkan do’a bersama atas berpulangnya Gerry Setyo Prakoso, salah satu seniman musik Bojonegoro, pada sore harinya. Semoga diterima disisinya, Tuhan Yang Maha Esa.

Den Siswo yang nantinya juga sebagai dalang suluk wayang garingan atau daringan yang akan di tampilkan diakhir dengan lakon Semar Gugat, tampil menuju mik di podium kemudian dilanjut dengan satu pembacaan do’a puisi Ngruwat Bojonegoro dengan judul: Bojonegoroku jangan ada lagi luka.

Dilanjut, Agung DP selaku Koordinor Lapangan (Korlap) pemersatu Front Seni Jalanan (FSJ) Bojonegoro saat tampil di podium membacakan sebuah puisi berjudul: Nang.., Ning.., Nung.

Kemudian satu puisi juga dibacakan oleh mas yulianto dengan judul: form Perjuangan. Berlanjut saudara Solikin membacakan do’a puisi dengan judul: Aku ini siapa.

Di antara seniman yang tampil, Burhanudin Joe, sastrawan asal Bojonegoro, membacakan do’a puisi berjudul *Di Tengah Riuh Pilkada* yang sarat akan pesan refleksi pendidikan dan masa depan Bojonegoro. Ia membacakan bait puisinya dengan penuh penghayatan, “Bojonegoro, di bawah bendera pilkada yang berkibar,
Jangan lupakan mereka yang belajar di ruang sabar. Karena pendidikan bukan soal siapa yang menang, tapi tentang masa depan yang harus dibawa terang.

Diakhir sebagai penutup, kembali Den Siswo melaksanakan dan membuka pagelaran Wayang garingan atau daringan dengan lakon Semar Gugat dan/atau Resolusi Eyang Semar. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *